Membangun TV Publik

Deddy Mulyana

Abstract


Kehadiran televisi swasta tidak lebih sebagai penggembira yang melanggengkan budaya hedonistik lewat peran mereka sebagai agen-agen metropolis. Padahal, sudah saatnya Indonesia memiliki TV publik yang difungsikan menjadi wahana bagi masyarakat memperdebatkan urgensi permasalahan sehari-hari. Dalam perspektif multibudaya, urgensi kehadiran TV publik di Indonesia terasa semakin penting mengingat banyaknya masalah konflik antaretnis yang diakibatkan oleh prasangka-prasangka dan perbedaan kultural antaretnis yang tidak terkomunikasikan dengan baik. Sementara menanti kehadiran TV publik, TV swasta yang sudah ada hendaknya mengintensifkan peran mereka sebagai pemersatu bangsa, sembari runtuhnya mitos-mitos sentralistik yang melekatkan peran penting bangsa ini hanya pada satu suku saja.

Keywords


TV, Publik, TV Publik

References


Dahlgren, Peter. 1999. “Television News Narrative,” dalam Mary S. Mander, ed. Framing Friction. Urbana: University of Illinois Press, hlm. 189-214.

Moss, Peter D. 1999. “Conflict and Containment in Television News: A Case Study,“ dalam Mary S. Mander, ed. Framing Friction. Urbana: University of Illinois Press, hlm. 161-188.

Nugroho, Garin. 1999. “Demokratisasi TVRI: Saatnya di Bawah Wewenang DPR/MPR,” Kompas, 1 November 1999.

_____. 2000. “Indonesia Pasca – 2000, Era Televisi Publik,” Kompas, 2000.

Straubhaar, Joseph dan Robert LaRose. 1996. Communication

Media in the Information Society. Belmont: Wadsworth.




DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v2i2.718

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




 

   

 


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International License