Budaya ‘Politik Kulit’ dan Komunikasi Politik Demokratis di Indonesia

Yenrizal Yenrizal

Abstract


Perkembangan budaya politik di Indonesia, sampai saat ini masih sangat menonjolkan kekuatan simbol-simbol, lambang-lambang, dan atribut suatu lembaga politik, ketimbang substansi yang dibawanya. Hal ini menjadikan budaya politik rendah dan minim partisipatif. “Politik kulit” semacam ini sebenarnya membawa berbagai dampak negatif dan bukan model yang bisa dibenarkan dalam sistem negara demokrasi. Komunikasi politik yang demokratis adalah salah satu solusi untuk mengubah kecenderungan tersebut dengan pendekatan bottom up dan prinsip “Saya Oke, Kamu Oke”.

Keywords


Budaya, Komunikasi Politik, Demokratis, Indonesia

References


Alfitri dan Yenrizal. 2002. Sosiologi dan Politik. Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.

Ali, Novel. 1999. Peradaban Komunikasi Politik. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gaffar, Affan. 1999. Politik Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lubis, Mochtar. 1977. Manusia Indonesia, Sebuah Pertanggungan Jawab. Jakarta: Idayu Press.

Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa-nuansa Komunikasi; Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: Remaja Rosda Karya.

McAndrews dan Mochtar Mas’oed. 1990. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media. (Cetakan Kesepuluh). Bandung: Remaja Rosda Karya




DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v4i1.832

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




 

   

 


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International License