Spatial Distribution of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Urban Setting of Bandung City

Titik Respati, Ardini Raksanagara, Henni Djuhaeni, Asep Sofyan

Abstract


The proximity of urban area provides fertile ground for the exchange of bacteria, virus and other health problem. One of the diseases which have a close relationship with the environment and people interaction is dengue. At present, it still is one of the major health problems for Indonesia. One method to understand the disease is by using spatial analysis that the prevention program can be focusing on the area most affected. This study aims to analyze the spatial distribution of dengue cases in Bandung city. The method used was the mapping of dengue cases using geographic information system (GIS) with ArcView software. Data were collected from August 2015 to March 2016 in Bandung city. Results showed that dengue cases increased with fluctuated hyperendemic years especially in the year 2009, 2012, and 2013. Spreading pattern of the disease was from north of Bandung to east. The conclusion of this study dengue cases in Bandung city showed an increased trend with fluctuated hyperendemic year especially in the year 2009, 2012, and 2013. Pockets of highest reported cases were found in north to middle and east for the whole year. The spread of this disease, especially in east Bandung, showed wider affected areas in the observed year. Land usage for residential purposes without good development plan might be on factors that increase the disease transmission.

 

DISTRIBUSI SPASIAL KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DAERAH URBAN KOTA BANDUNG

Kedekatan dalam wilayah urban memberikan kemudahan dalam pertukaran bakteri, virus, dan masalah kesehatan lainnya. Salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan kedekatan pemukiman, lingkungan, dan interaksi manusia adalah demam berdarah dengue (DBD). Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pencegahan suatu penyakit akan lebih mudah dilakukan apabila pemahaman mengenai penyakit tersebut sudah dapat dilakukan dengan baik. Dengan pemetaan (distribusi spasial), kasus DBD akan lebih mudah dimonitor sehingga program pencegahan dapat difokuskan pada wilayah dengan angka kejadian yang tinggi. Penelitian ini bertujuan melihat distribusi spasial kasus DBD mempergunakan geografic information system (GIS) di Kota Bandung. Metode penelitian ini adalah pemetaan kasus di wilayah tertentu dengan GIS menggunakan ArcView software menggunakan data kasus DBD dan data spasial dilaksanakan pada tahun 2015 di Kota Bandung. Hasil penelitian kasus DBD di Kota Bandung menunjukkan peningkatan dengan pola tahun hiperendemik berfluktuasi terutama pada tahun 2009, 2012, dan 2013. Pola pergerakan kasus tampak berawal dari arah utara menuju timur. Kantong wilayah dengan kasus DBD yang tinggi terkumpul di daerah utara menuju timur Kota Bandung sepanjang tahun. Simpulan penelitian ini, penyebaran kasus di wilayah Bandung menunjukkan daerah sebaran yang semakin besar dari tahun ke tahun. Pemanfaatan lahan sebagai pemukiman memiliki keterkaitan terhadap kejadian DBD.


Keywords


Demam berdarah dengue; dengue hemorrhagic fever; distribusi spasial; GIS; spatial distribution

Full Text:

PDF

References


World Health Organization. Urban population growth. 2015 [cited 2016 Januari 21]. Available from: http://www.who.int/gho/urban_health/situation_trends/urban_population_growth_text/en/.

Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. Situasi demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Pusdatin Kemenkes RI; 2013.

Dinas Kesehatan Kota Bandung. Laporan demam berdarah dengue. Bandung: Dinas Kesehatan Kota Bandung; 2015.

Okello-Onen J, Mboera LEG, Mugisha S. Malaria research and management need rethinking: Uganda and Tanzania case studies. In: Charron DF, editor. Ecohealth rsearch in ractice. Innovative application of an ecosystem approach to health. New York: Springer; 2012. p. 139–51.

Karyanti MR, Uiterwaal CSPM, Kusriastuti R, Hadinegoro SR, Rover MM, Heesterbeek H, et al. The changing incidence of dengue haemorrhagic fever in Indonesia: a 45-year registry-based analysis. BMC Infect Dis. 2014;14:412.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI. Buku saku pedoman pengendalian demam berdarah dengue untuk pengelola program DBD puskesmas. Jakarta; Ditjen PP dan PL Kemenkes RI; 2013.

Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.

World Health Organization. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. New edition. Geneva: WHO Press; 2009.

Hay SI, Myers MF, Burke DS, Vaughn DW, Endy T, Ananda N, et al. Etiology of interepidemic periods of mosquito-borne disease. Proc Natl Acad Sci U S A. 2000;97(16):9335–9.

Schaffner F, Mathis A. Dengue and dengue vectors in the WHO European region: past, present, and scenarios for the future. Lancet Infect Dis. 2014;14(12):1271−80.

Respati T, Piliang B, Nurhayati E, Yulianto FA, Feriandi Y. Perbandingan pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan demam berdarah dengue di daerah urban dan rural. GMHC. 2016;4(1):53−9.

World Health Organization. Report of a WHO technical working group meeting on dengue prevention and control. WHO headquarters, Geneva, Switzerland, 10–12 December 2012 [cited 2016 May 28]. Available from: http://www.who.int/denguecontrol/Summary_Technical_working_group_meeting.pdf.

World Health Organization. Global strategy for dengue prevention and control 2012–2020. Geneva: WHO Press; 2012.

Ooi EE, Gubler DJ. Dengue in Southeast Asia: epidemiological characteristics and strategic challenges in disease prevention. Cad Saúde Pública. 2008;25(Suppl 1):S115−24.

Respati T, Nurhayati E, Mahmudah, Feriandi Y, Budiman, Yulianto F, et al. Pemanfaatan kalender 4M sebagai alat bantu meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan dan pencegahan demam berdarah. GMHC. 2016;4(2):121−8.

Respati T, Raksanagara A, Djuhaeni H, Sofyan A, Shandriasti A. Ecohealth system dynamic model as a planning tool for the reduction of breeding sites. IOP Conf Ser Mater Sci Eng. 2017;180(1):012108.

Reiner RC Jr, Stoddard ST, Scott TW. Socially structured human movement shapes dengue transmission despite the diffusive effect of mosquito dispersal. Epidemics. 2014;6:30–6.

Balasubramanian R, Anukumar B, Nikhil TL. Stegomyia indices of Aedes mosquito infestation and container productivity in Alappuzha district Kerala. Int J Mosquito Res. 2015;2(2):14–8.

Faridah L, Respati T, Sudigdoadi S, Sukandar H. Gambaran partisipasi masyarakat terhadap pengendalian vektor melalui kajian tempat perkembangbiakan Aedes aegypti di Kota Bandung. MKB. 2017;49(1):43–7.




DOI: https://doi.org/10.29313/gmhc.v5i3.2535

pISSN 2301-9123 | eISSN 2460-5441


Visitor since 19 October 2016: 


Free counters!


Global Medical and Health Communication is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.