Israf dan Tabdzir: Konsepsi Etika-Religius dalam Al Qur’an dan Perspektif Materialisme-Konsumerisme

Dudung Abdurrahman

Abstract


Konsep israf dan tabdzir merupakan sebagian dari konsep etika-religius dalam Al Qur’an. Etika-religius adalah prinsip-prinsip moral yang memandu perilaku manusia secara etis menurut pandangan-dunia suatu agama. Terdapat 3 (tiga) kategori yang berbeda tentang konsep-konsep etika-religius dalam Al Qur’an, yaitu: (i) kategori yang menunjukkan dan menguraikan sifat Tuhan, (ii) kategori yang menjelaskan berbagai aspek sikap fundamental manusia terhadap Tuhan, dan (iii) kategori yang menunjukkan tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan tingkah laku yang jadi milik dan hidup di dalam masyarakat Islam. Kategori pertama disebut Etika Ketuhanan. Sedangkan kategori kedua dan ketiga  disebut Etika Kemanusiaan. Dua konsep tersebut berbicara tentang perilaku atau tindakan manusia (action-oriented), yang bermakna negatif, destruktif, dan abuse. Tindakan individu (termasuk tindakan yang negatif) dilakukan dalam suatu relasi atau interaksi dengan “pihak lain” (others). Terdapat 4 (empat) jenis relasi individu dengan pihak lain, yaitu: (i) Tuhan (Relasi Personal-Transendental), (ii) Manusia lain (Interaksi Sosial), (iii) Benda-benda kebutuhan material (Relasi Kebendaan),  (iv) Lingkungan Alam, termasuk flora, fauna, dan makhluk lainnya (Relasi Kealaman). Cakupan makna atau medan makna (semantic field) israf jauh lebih luas dibandingkan dengan tabdzir. tabdzir hanya menunjukkan pola relasi kebendaan, sedangkan israf mencakup semua pola relasi yang  ada. Relasi kebendaan itu ditunjukkan dalam gaya hidup seseorang dalam berhubungan dengan dunia materialistik.
Secara   formal   eksoterik  (syari'at),  Islam  tidak  pernah melarang dan membatasi pemilikan  dan  pengkonsumsian materi  oleh seseorang. Namun, dari sudut moral spiritual yang esoterik (hakikat), orang-orang suci adalah mereka yang  mampu  mengambil jarak dan  menahan diri untuk tidak melakukan israf dan tabdzir.  Materialisme  yang tidak ditaklukkan untuk  membangun  kehidupan  akhirat  dengan  mentasarufkannya   bagi kemaslahatan   sesama   dapat  menjauhkan  jati  dirinya  yang spiritual dari tujuannya semula, yaitu Tuhan. Materialisme merupakan fenomena konsumsi yang melahirkan konsumerisme dan menjadi bagian dari gaya hidup modern saat ini.

Keywords


Etika-Religius; Israf; Tabdzir; Relasi Kebendaan; Gaya Hidup; Materialisme-Konsumerisme

Full Text:

PDF

References


Abdul Baqi, Muhammad Fuad. 1982. Al Mu’jam Al Mufahras li Alfaazhi Al Qur’an Al Kariim. Istambul: Al Maktabah Al Islamiyah.

Greenberg, Jerald A. 2000. Behavior in Organizations. 7th edition. New York: Prentice Hall.

Izutsu, Toshihiko. 1994. Konsep-Konsep Etika Religius dalam Al Qur’an. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mas’udi, Masdar F. 1991. Hak Milik dan Ketimpangan Sosial: Telaah Sejarah dan Kerasulan, dalam Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah (Editor: Budhy Munawar-Rachman). Jakarta : Penerbit Yayasan Paramadina

Muncy, James A. & Eastman, Jacqueline K. 1998. Materialism and Consumer Ethics: An Exploratory Study, Journal of Business Ethics, 17: 137-145.

Pilliang, Yasraf Amir. 1998. Dunia Yang Dilipat: Realitas Kebudayaaan Menjelang Millenium Ketiga dan Matinya Postmodernisme. Bandung: Mizan.




DOI: https://doi.org/10.29313/mimbar.v21i1.164

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan is licensed under  Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License