Upaya Pengendalian Aedes aegypti di Desa Cibeusi dan Cikeruh Kecamatan Jatinangor berdasar atas Populasi Nyamuk
Abstract
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang umum terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Salah satu daerah endemis DBD adalah Kecamatan Jatinangor, kasus DBD tertinggi terjadi di Desa Cibeusi dan kasus terendah di Desa Cikeruh pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016. Teknik pengambilan sampel diambil secara sengaja (purposive sampling) dari dalam rumah di Desa Cibeusi dan Cikeruh. Setiap desa dipasang 10 perangkap nyamuk untuk 10 rumah meliputi luas wilayah 100×100 m2. Evaluasi hasil tangkapan dilakukan setiap 3 hari untuk setiap minggu selama 3 bulan. Data yang dicari adalah perbedaan jumlah nyamuk rata-rata dan upaya pengendalian Aedes aegypti di kedua desa. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Pada equal variance assumed, Sig. (2-tailed) sebesar 0,711 (p<0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah nyamuk rata-rata di kedua desa tidak berbeda bermakna secara statistik pada probabilitas 0,05. Upaya pengendalian Aedes aegypti yang telah dilaksanakan di Desa Cibeusi pada tahun 2016 adalah larvasidasi, sementara Desa Cikeruh melaksanakan fogging. Simpulan, upaya pengendalian vektor yang dilaksanakan Puskesmas Jatinangor dalam menurunkan angka kejadian DBD masih kurang.
ASSESSMENT OF AEDES AEGYPTI CONTROL EFFORT IN CIBEUSI AND CIKERUH VILLAGES JATINANGOR SUB-DISTRICT BASED ON THE POPULATION OF MOSQUITO
The dengue hemorrhagic fever (DHF) is a common public health problem in Indonesia over the past few years which is transmitted by the bite of Aedes spp. One of the DHF endemic area is the Jatinangor sub-district, in 2014 Cibeusi village that had the highest number of DHF cases whereas the lowest number was recorded in Cikeruh village. This study used cross sectional design and it was conducted from September until November 2016. The sampling technique was purposive sampling from the residencies in Cibeusi and Cikeruh village. Each village was set up 10 mosquito traps for 10 houses covering an area 100×100 m2. Evaluation of the catches was done every 3 days per week for 3 months. Data to be found is the difference in mean number of mosquitoes and Aedes aegypti control efforts in both villages. The data collected was analyzed with unpaired t-test. Sig. (2-tailed) value at equal variance assumed was 0.711 (p<0.05), this showed that there was no statistically significant difference in the mean number of Aedes aegypti or it is not significant at 0.05 probability in both villages. Aedes aegypti control efforts on 2016 which have been held in Cibeusi village was larvaciding, while fogging activities in Cikeruh village as a control efforts. In conclusion, there is still lacking of vector control efforts undertaken by Jatinangor Public Health Center in reducing DHF incidence.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Achmadi UF. Managemen demam berdarah berbasis wilayah. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:15–20.
Wahyono TYM, Haryanto B, Mulyono S, Adiwibowo A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dan upaya penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:31–43.
Ginanjar A, Arda D, Wahyu Nurindra R. Pengembangan model surveilans aktif demam berdarah dengue melalui metode pelaporan kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) di Kota Tasikmalaya. ASPIRATOR. 2016;8(1):37–46.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul pengendalian demam berdarah dengue. Handoko D, Prasetyowati EB, Hartoyo S, penyunting. Jakarta: Ditjen P2PL Kemenkes RI; 2011.
Faridah L, Baizura R, Yusnita S. Mosquito survey in the campus area of Universitas Padjadjaran Jatinangor in September to November 2016. GMHC. 2017;5(3):205–11.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Sumedang. Profil daerah Kabupaten Sumedang tahun 2013. Sumedang: Bappeda Kabupaten Sumedang; 2013.
Sivagnaname N, Gunasekaran K. Need for an efficient adult trap for the surveillance of dengue vectors. Indian J Med Res. 2012;136(5):739–49.
Codeço CT, Lima AWS, Araújo SC, Lima JBP, Maciel-de-Freitas R, Honório NA, dkk. Surveillance of Aedes aegypti: comparison of house index with four alternative traps. PLoS Negl Trop Dis. 2015;9(2):e0003475.
Wirayoga MA. Hubungan kejadian demam berdarah dengue dengan iklim di Kota Semarang tahun 2006–2011. UJPH. 2013;2(4):1–9.
Rodrigues MDM, Marques GRAM, Serpa LLN, Arduino MDB, Voltolini JC, Barbosa GL, dkk. Density of Aedes aegypti and Aedes albopictus and its association with number of residents and meteorological variables in the home environment of dengue endemic area, São Paulo, Brazil. Parasit Vectors. 2015;8:115.
Marjuki. Studi populasi dan kapasitas vektor DBD di daerah dengan tingkat endemisitas berbeda (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro; 2005.
Sahrir N, Ishak H, Maidin A. Pemetaan karakteristik lingkungan dan densitas nyamuk Aedes aegypti berdasarkan status endemisitas DBD di Kecamatan Kolaka. JST Kes. 2016;6(1):70–5.
Perwitasari D, Munif A, Anggraeni, Supriatna A. Model intervensi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) untuk menurunkan insident rate (IR) berdasarkan kombinasi fogging dan repelen di Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat tahun 2011. J Ekol Kes. 2013;12(1):57–71.
Darwin A, Pujiyanti A, Heriyanto B. Model pengendalian terpadu vektor demam berdarah dengue di Kota Salatiga. Vektora. 2013;5(1):1–6.
DOI: https://doi.org/10.29313/gmhc.v6i1.2586
pISSN 2301-9123 | eISSN 2460-5441
Visitor since 19 October 2016:
Global Medical and Health Communication is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.