SPIRITUALITAS MASYARAKAT PERKOTAAN

Ida Afidah

Abstract


Masyarakat perkotaan sering diidentikan sebagai masyarakat modern, dikarenakan cara berfikir dan berteknologinya yang modern . Modernitas melekat pada corak masyarakat perkotaan, yang secara sosiologis cenderung bersifat individualistis, matrealistik, rasionalistik, formalistic sehingga sikap sikap tersebut mempengaruhi cara keberagamaan msyarakatnya, diakibatkan dari dampak negative modernitas yang melingkupi jiwa manusia dan terbuai di dalamnya. Kondisi ini tidak selamanya memberikan kenyamanan, jiwa mereka mengalami kehampaan, keterasingan (split personality). Untuk mengetahui latar belakang dan orientasi model spiritual masyarakat perkotaan  yang sedang fenomenal, maka penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi agama, dengan hasil bahwa  hal  itu terjadi karena mereka tidak bisa mengimbangi pengaruh modernitas dengan nilai nilai dan pemahaman keagamaannya.Dalam otak manusia terdapat ranah yang disebut Zohar (spiritual intelligence) sebagai God Spot, yang menyebabkan manusia akan selalu mencari sesuatu yang bisa memenuhi kehampaan dalam hidunya. Terjadilah gelombang spiritualitas masyarakat perkotaan dengan  lahirnya kajian-kajian,  majelis dzikir, tablig akbar, dan acara acara yang berdimensi spiritual.  Masyarakat modern saat ini berusaha kembali kepada fitrahnya yakni visi ke-Ilahian yang selama ini terbelenggu topeng manis modernitas. Spiritualitas sebagai penghayatan batiniah kepada Tuhan melalui jalan- jalan tertentu akan mengantarkan masyarakat modern kembali kepada nilai nilai religius. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiaban agama. Sedangkan bagi masyarakat yang bisa mengimbangi pengaruh modernitas mentalnya lebih siap, sehingga pengaruhnya tidak begitu besar, mereka memiliki keseimbangan dalam hidupnya dengan tetap mendalami agama. Dapat disimpulkan bahwa spiritualisme dalam perkembangannya mengalami dinamisasi yang beragam, termasuk pada sisi implemantasi ajaran. Kerinduan pada spiritualisme tampaknya melanda beberapa masyarakat modern. Salah satu fenomena spiritualitasnya dengan berkembangnya majelis-majelis keagamaan (majelis Dzikir) terutama dikalangan kaum kota yang terdidik secara modern. Bahkan keberadaanya bukan sekedar ritual tetapi kekuatan spiritual yang mampu  membangkitkan kesadaran (berorientasi pada tasawuf), dengan melahirkan  model tasawuf baru yaitu Urban Sufisme.

Kata kunci: masyarakat, modern, spiritual


Full Text:

PDF 28-33

References


AAchmadi, Asmoro. (2012), Filsafat Umum, Jakarta: Grafindo Persada.

Al Siraj, Said Aqil. (2006), Tasawuf sebagai kritik Sosial, Bandung: Mizan.

Hidayat, Komaruddin. (2000), Urban Sufism; Alternatif Paths to Liberalism and Modernity Jakarta:Media Cipta.

_________________(2000), Agama dan Kegalauan Masyarakat Modern, Jakarta:Media Cipta,

Ishomuddin. (2005), Sosiologi Perspektif Islam, Malang: UMM Press.

Kuntowujoyo. (2004), Budaya Elit dan Budaya Massa, Yogyakarta: Jalasutra.

Maksum, Ali. (2005), Tasawuf sebagai Pembebas Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marslow dalam Amir Syukur. (2002), Menggugat Tasawuf, Yogyakarta:Pustaka Pelaja.

Muttaqin, Ma’ruf. (2010), Eskapisme Masyarakat Modern, Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah, Muhammad (2013), Tasawuf Modern, Jakarta: PT Gramedia.




DOI: https://doi.org/10.29313/hikmah.v1i1.7649

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


HIKMAH : Jurnal Dakwah & Sosial is licensed under  Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License