Abstract
Makalah ini memiliki tujuan utama untuk menjelaskan metode-metode mistikal yang digunakan untuk mencapai kualitas diri yang integratif. Diri memiliki tiga (3) komponen yaitu mind, body, dan soul. Ketiga komponen tersebut harus dikembangkan secara seimbang dalam proses pendidikan individual. Tujuan proses pendidikan Islami adalah proses untuk “memanusiakan” manusia, sehingga subyek didik mampu menyadari ayat-ayat Allah dalam makro kosmos dan mikro kosmos. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut dicapai dengan memberikan 3 (tiga) landasan filosofis, yaitu: (i) kesatuan tubuh dan jiwa, (ii) evolusi kesadaran, dan (iii) kembali kepada Tuhan. Selanjutnya terdapat 3 (tiga) metoda yang harus dilakukan, yaitu: (i) maksimalisasi pengaruh tubuh terhadap jiwa, (ii) maksimalisasi pengaruh jiwa terhadap tubuh, dan (iii) bimbingan ke arah pengalaman mistikal. Sebagai penjabaran lebih lanjut dari pengalaman mistikal, maka terdapat berbagai metode mistikal yang diambil dari berbagai tradisi agama Islam (tasawuf), termasuk sufisme Jawa dan tradisi India Kuno (Yoga). Dalam tradisi Tasawuf, sejumlah praktik dasar sufi yang harus diamalkan adalah : (i) berpuasa, (ii) mengasingkan diri (‘uzlah) atau berkhalwat, (iii) adab, dalam arti berperilaku atau bertatakrama yang baik kepada orang lain, (iv) pelayanan; memberi layanan terhadap orang lain dengan rasa syukur atas kesempatan melayani dan ketulusan, (v) berdzikir, mengingat Tuhan dengan beragam ungkapan dan teknik yang dikembangkan para sufi pengikut tarekat, dan (vi) mengingat mati dengan merenungkan datangnya malaikat maut. Dalam tradisi sufisme Jawa, terdapat 3 (tiga) klasifikasi laku yang biasa dilakukan oleh masyarakat (Jawa), yaitu: pertama, Nyepi atau Nyepen; mengasingkan diri ke tempat sunyi, seperti: puncak gunung, pinggir sungai, dalam gua, atau ke tengah hutan. Kedua, menunda pemenuhan kebutuhan badaniah atau menyakiti diri sendiri, seperti : berjaga sepanjang malam (lek-lekan), merendam di sungai (kungkum), berpuasa, sesirik, ngebleng, pati geni, atau tapa. Ketiga, ngalap berkah dengan menziarahi makam-makam wali dan petilasan tokoh-tokoh sejarah. Tradisi India Kuno yang bercorak ajaran Hindu mewariskan Yoga sebagai metoda untuk menyatukan Atman (body, mind, dan soul) dan Brahman (outer cosmic).
Keywords
Pendidikan; Diri Integratif; Pengalaman Misikal; Tasawuf; Metode Mistikal
References
Al Haydari, Kamal. 2004. Manajemen Ruh. Cetakan Pertama. Bogor : Penerbit Cahaya.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Cetakan XXIII, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fragner, Robert. 2003. Hati, Diri, dan Jiwa, terjemahan Hasmiyah Rauf, cetakan II, Jakarta : Serambi.
Fromm, Eric. 1997. Escape from Freedom. Terjemahan oleh Kamdani. Cetakan I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hadisutjipto, S. 1975. Serat Wedhatama, Surakarta : Sadu Budi.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2000. Pendidikan Ruhani (At Tarbiyah al Ruhiyah). Terjemahan Abdul Hayyie al Khattani, Jakarta : Gema Insani Press.
Rahmat Jalaluddin. 1991. Islam Alternatif. Bandung : Mizan.
Simuh, 1996. Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistikal Jawa. Cetakan 2, Yogyakarta : Bentang.
Simuh, 1996. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Cetakan pertama, Jakarta : Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales sampai William James. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tafsir, Ahmad dkk. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Cetakan pertama, Bandung : Mimbar Pustaka.
Wibowo, B.S.dkk. 2004. Sharpening Our Concept and Tools, cetakan ke-4, Bandung : Syamil Media dan Lembaga Manajemen Terapan Trustco.