Limited Amendment Of 1945 Basic Constitution and The Return Of Main State Guidelines
Abstract
This study focuses on the consequence of discourse for bringing back the Main State Guidelines (GBHN) in the administration structure of Indonesian Republic. The GBHN has been considered a solution for the insustainability of Indonesian development, despite the fact that there have been the constitutions of National Development Planning System (SPPN), Long-Term Development Plan (RPJP), Medium-Term Development Plan (RPJM), and Annual Development Plan. The research method used is the study of normative law. The results obtained from the study are to bring back the GBHN, to require the amendment of Basic Constitution of 1945, to harmonize the statutory regulations such as the material test and juridical review of People’s Consultative Assembly’s decree regulating the GBHN, adjustment to the president’s liability in implementing the GBHN, and evaluation towards the National Development Planning System (SPPN) which so far have been implemented to produce the efficient development planning. This paper concludes that the GBHN presence will lead to the legal consequences of state administration and the rearrangement of the state administration itself.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anggraini, Y., Yasir, A., & Ridlwan, Z. (2015). Perbandingan Perencanaan Pembangunan Nasional Sebelum Dan Sesudah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Fiat Justisia, 9(1), pp. 74–88. https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v9no1.589
Asmara, G. (2015). Penguatan Kelembagaan MPR dalam Sistem Ketatanegaran Negara Republik Indonesia. Hasanuddin Law Review, 1(3), pp. 357–370. https://doi.org/10.20956/halrev.v1n3.115
Asshiddiqie, J. (2010). Konsitusi dan Konstitusionalisme. Sinar Grafika.
Azwar, R. C. (2017). Demokrasi Indonesia: Suatu Pandangan Dialektis. Jurnal Ketatanegaraan, 2, pp. 1–36. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Bahaudin. (2017). Menghidupkan Kembali GBHN :Komparasi GBHN dan RPJPN sebagai Kebijakan Politik Hukum Nasional dalam Bidang Pembangunan. Jurnal Keamanan Nasional, 3(1), pp. 85–107.
Efriza. (2019). Refleksi: Menghidupkan Kembali Eksistensi MPR dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Administratio, 10(2), pp. 59–70.
Faridhi, A. (2017). Penguji Peraturan Perundang-undangan Tunggal Keniscayaan. Mercatoria, 10(2), pp. 180–196.
Faridhi, A. (2018). Penggunaan Surat Keterangan dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Pekanbaru Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 5(2), pp. 86–93.
Faridhi, A. (2019). Sengketa Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah Kota Pekanbaru Tahun 2017. Pagaruyuang Law Journal, 2(2), pp. 239–256.
Fatmawati. (2004). Hak Menguji Indonesia. PT RajaGrafindo Persada.
Fauzan, M. (2011). Dalam Proses Impeachment Presiden Menurut Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 11(1), pp. 71–86.
Firdaus. (2019). Refleksi Konstitusionalitas Pengawasan Peraturan Daerah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 137 / PUU- XIII / 2015 Constitutionality Reflection of Local Constitutional Court Verdict Number 137/PUU-XIII/2015. Jurnal Konstitusi, 16(2), pp. 392–415.
Hajri, W. A., & Rahdiansyah, R. &. (2017). “Menghidupkan” Undang-Undang Dasar 1945 Tanpa Amandemen. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 24(4), pp. 558–576. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss4.art3
Haryadi, D. (2018). Reformulasi Kewenangan Mpr Pasca Amandemen UUD NRI 1945. PROGRESIF: Jurnal Hukum, 12(1), pp. 2048–2055. https://doi.org/10.33019/progresif.v12i1.956
Hendra. (2016). Pertanggungjawaban Politik Presiden Pasca Amandemen UUD 1945. Jurnal Wacana Politik, 1(1), pp. 9–21. https://doi.org/10.24198/jwp.v1i1.10544
Holle, E. S. (2019). Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Model Gbhn Sebagai Pelaksanaan Asas Kedaulatan Rakyat Dalam Rangka Perubahan Ke-V UUD 1945. Jurnal Hukum Volkgeist, 1(1), pp. 73–85. https://doi.org/10.35326/volkgeist.v1i1.79
Hudi, M. (2018). Kedudukan dan Tanggungjawab Presiden dalam Sistem Presidensial di Indonesia. Mimbar Yustitia, 2(2), pp. 173–190. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ilyas, M. (2013). Sistem Perubahan UUD Negara republik Indonesia Tahun 1945 (Suatu Kajian dalam Teori Perubahan Konstitusi). Jurnal Media Hukum FH Universitas Tompotika Luwuk, 1(1), pp.53–63.
Indra, Mexsasai & Adhayanto, O. (2018). Politik Hukum: Reformulasi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum De’Jure:Kajian Ilmiah Hukum, 3(1), pp. 94–107. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Isra, S. (2013). Hubungan Presiden dan DPR. Jurnal Kontitusi, 10(3), pp. 399–416. https://media.neliti.com/media/publications/109222-ID-hubungan-presiden-dan-dpr.pdf
Kanang, A. R. (2018). Diskursus Pembatasan Kekuasaan Presiden Dalam Sistem Presidensial Menurut Uud 1945. Al Daulah : Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 7(1), pp.163–177. https://doi.org/10.24252/ad.v7i1.5902
Kristiyanto, E. N. (2013). Pemakzulan Presiden Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jurnal RechtsVinding, 2(3), pp. 331–142. http://rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/ART 2 JRV 3 NO 2 PROTECT.pdf
Kusumaningtyas, D. Y. P. (2018). Problematika Model Perencanaan Pembangunan Nasional Pasca-Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal Ummul Qura, XI(1), pp. 1–15.
Marpaung, L. A. (2015). Analisis Yuridis Normatif Perbandingan Prosedur Pemberhentian Presiden Dalam Masa Jabatannya antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Pranata Hukum Jurnal Ilmu Hukum, 10(2), pp. 135–144.
Marwijah, Siti & Nurwardani, N. (2014). Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai Penentu Arah dan Strategi Rencana Pembangunan Indonesia. Rechtidee Jurnal Hukum, 9(1), pp. 88–103.
Mulyani, T. (2016). Kajian Normatif Mengenai Hubungan Antar Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945:Sebelum dan Sesudah Amandemen. Jurnal Humani, 6(1), pp. 75–95. https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:BDsuQOHoCi4J:https://media.neliti.com/media/publications/9138-ID-perlindungan-hukum-terhadap-anak-dari-konten-berbahaya-dalam-media-cetak-dan-ele.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
Nazriyah, R. (2017). Penguatan Peran Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 47(1), pp. 39–60. https://doi.org/10.21143/jhp.vol47.no1.134
Rachmiatie, A., Ahmadi, D., & Khotimah, E. (2015). Dinamika Transparansi Dan Budaya Badan Publik Pasca Reformasi Birokrasi. (Studi Kasus tentang Badan Publik se-Indonesia sebagai Badan Publik Perspektif UU Keterbukaan Informasi Publik No.14/2008 di Propinsi Jabar dan Kalbar). Sosiohumaniora, 17(3), 264. https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v17i3.8345.
Rendy. (2017). Menuntaskan Konsensus Lokal-Nasional (yang) Berkelanjutan: (Membaca Ulang rasionalisasi dan Idealisasi Pembangunan Model GBHN). Jurnal Society, 5(1), pp. 23–31.
Ridlwan, Z. (2012). Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, 5(2), pp. 141–152.
Rohmat, A. M. (2016). Kedudukan Dan Kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Era Reformasi. Jurnal Pembaharuan Hukum, 3(2), pp. 181–190. https://doi.org/10.26532/jph.v3i2.1408
Saraswati, P. S. (2017). Pemberlakuan Kembali Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Dalam Undang-Undang Dasar. Seminar Nasional Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar, pp. 235–243.
Sekretariat Jenderal MPR. (2017). Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Cetakkan K). Sekretariat Jenderal MPR RI.
Setiadi, A. (2016). Cakrawala Hukum Cakrawala Hukum. Cakrawala Hukum, XII(1), pp. 95–110. https://doi.org/34/32/10701 [pii]r10.1523/JNEUROSCI.0832-14.2014 [doi]
Setya Nugraha, H. (2019). MPR dan Urgensi Garis Besar Haluan Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Veritas et Justitia, 5(1), pp. 191–217. https://doi.org/10.25123/vej.3293
Simamora, J. (2014). Tafsir Makan Negara Hukum Dalam Prespektif Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal Dinamika Hukum, 14(3), pp. 547–561.
Simamora, J. (2016). Urgensi Keberadaan GBHN Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Litigasi, 17(2), pp. 3427–3466. https://doi.org/10.23969/litigasi.v17i2.143
Simatupang, T. H. (2019). Mendudukkan Konsep Executive Review dalam Sistem Hukum Ketatabegaraan Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 19(2), pp.217–230.
Sofia L.Rohi. (2013). Implikasi Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Jurnal Politica, 4(1), pp. 82–92. https://doi.org/10.14710/politika.4.2.2013.82-92
Subkhan, I. (2014). GBHN dan Perubahan Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Aspirasi, 5(2), pp. 131–143.
Sukma, N. M. (2017). Sinkronisasi Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan nasional Model GBHN dengan Sistem Presidensial. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 5(2), pp. 278–290.
Sunarto, S. (2016). Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 45(2), pp. 157–163. https://doi.org/10.14710/mmh.45.2.2016.157-163
Susanto, M. (2017). Wacana Menghidupkan Kembali GBHN dalam Sistem Presidensil Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 17(3), pp. 427–445. https://doi.org/10.30641/dejure.2017.v17.427-445
Wasti, R. M. (2015). Pengaruh Konfigurasi Politik Terhadap Produk Hukum Pada Masa Pemerintahan Soeharto Di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 45(1), pp. 76–105. https://doi.org/10.21143/jhp.vol45.no1.10
Wheare, K. . (1996). Konstitusi-Konstitusi Modern (N. Mangunsong (ed.); 5th ed.). Nusa Media.
Yusdar. (2016). Format Kelembagaan dan Pola Hubungan MPR Dengan DPR dan DPD Pasca Amandemen UUD Tahun 1945. Jurisprudentie, 3(2), pp. 161–172.
Zoelva, H. (2011). Pemakzulan Presiden di Indonesia. Sinar Grafika.
Zulfan. (2017). Pemisahan Kekuasaan Hubungan Presiden Dan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Fungsi Legislasi. Masalah-Masalah Hukum, 46(2), pp. 146–154. https://doi.org/10.14710/mmh.46.2.2017.146-154
DOI: https://doi.org/10.29313/mimbar.v36i1.5322
Refbacks
- There are currently no refbacks.
MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.