Potential Location for Extensification of Organic Rice Field in Tasikmalaya District

Ivan Chofyan, Rohmawati Mardiah

Abstract


Tasikmalaya District is one of the districts that have succeeded in producing export quality organic rice. Organic rice export demand reaches 320 tons per year, while the amount of organic rice production produced is only 20-30 tons, which means it has not been able to fulfill market demand. This potential should be utilized by increasing the amount of organic rice production, one of which is through extensification. The purpose of this study is to determine potential locations for the extensification of organic rice fields as an effort to increase organic rice production to meet market share. This study uses quantitative method and conducts analysis on land capability, land suitability, and irrigation water. The result of the study states that the cultivation area is 14,860.53 hectares, where 10,155.01 hectares of it is suitable for developing rice fields with adequate water availability that can fulfill the water needs of the rice fields


Keywords


Location, Extensification, Organic.

Full Text:

PDF

References


Amalia, E. 2013. Perbedaan Sistem Tata Niaga Beras Organik dengan Beras Anorganik. Sumatera Utara: Program Studi Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

Andoko, A. 2005. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

AOI (Indonesian Organic Alliance). 2018. 13 Ton Beras Organik Asal Tasikmalaya Dikirim ke Italia. dalam Website: http://aoi.ngo/web/13-ton-beras-organik-asal-tasikmalaya-dikirim-ke-italia/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB.

Chofyan, I. 2016. The Dynamics of Rice Field Conversion into Settlement in the District of Bandung. Mimbar; Social and Development Journal. Vol 32, No. 2, Desember 2016. Bandung: P2U-LPPM Unisba. Page 267-275.

Fagi, A.M. dan I. Las. 2007. Membekali Petani dengan Teknologi Maju Berbasis Kearifan Lokal pada Era Revolusi Hijau Lestari. dalam Karsyno, F., E. Pasandaran dan A.M. Fagi. Membalik Arus Menuai Kemandirian Petani. Jakarta: Yayasan Padi Indonesia.

Firmanto, B.H. 2011. Sukses Bertanam Padi Secara Organik. Bandung: Angkasa.

Greer, G. et al. 2008. Comparison of The Financial Performance Of Organic and Conventional Farms. New Zealand: Lincoln University.

IFOAM. 2005. Prinsip-Prinsip Pertanain Organik. Adelaide: IFOAM General Assembly.

Kementerian Pertanian. 2007. Road Map Pengembangan Pertanian Organik 2008-2015. Jakarta.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Lutfi, M.A. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik dan Non Organik di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Bogor: Institur Pertanian Bogor.

Muchtadi, T. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Alfabeta.

Partowijoto, A. 1996. Kapita Selekta Teknik Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031.

Perda Kabupaten Tasikmalaya Nomor 5 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016-2021.

Perda Kabupaten Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Saragih, S.E. 2008. Pertanian Organik: Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sarief, E.S. 1996. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

Sriyanto, Sugeng. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: Agro Media.

Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.




DOI: https://doi.org/10.29313/mimbar.v36i2.5917

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan is licensed under  Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License