Sistem bagi risiko dan bagi hasil Pengelolaan pertanian komoditas padi

Muhardi Muhardi

Abstract


Penelitian sederhana ini ditujukan untuk mengetahui, (1) sistem pengelolaan pertanian komoditas padi ditinjau dari bagi risiko dan bagi hasil, (2) kemungkinan bagi hasil yang dapat diperoleh pemilik lahan dengan menggunakan sistem pengelolaan atau penggarapan lahan pertanian komoditas padi yang digunakan, (3) kemungkina bagi hasil yang dapat diperoleh petani penggarap dengan menggunakan sistem pengelolaan lahan pertanian komoditas padi yang digunakan, dan (4) upaya yang dilakukan untuk memperoleh bagi hasil yang optimal baik bagi pemilik lahan maupun petani penggarap. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, (1) terdapat dua alternatif sistem yang umumnya digunakan dalam pengelolaan komoditas padi, yaitu sistem sewa dan sistem maro. Sistem sewa dilihat dari pemilik lahan menunjukkan adanya bagi risiko yang relatif rendah, karena tidak menanggung beban biaya penggarapan yang dilakukan, dan bagi hasil panen sudah tetap. Sedangkan bagi petani penggarap, risiko yang ditanggung cukup memadai dilihat dari biaya penggarapan yang ditanggung dan hasil yang relatif tidak pasti tergantung kemapuan di dalam mengelola garapan lahan tersebut. Di sisi lain, sistem maro dilihat dari pemilik lahan maupun petani penggarap sama-sama menanggung risiko biaya penggarapan. Demikian pula dengan bagi hasil dari panen yang akan diperoleh, baik bagi pemilik lahan maupun petani penggarap sama-sama menanggung risiko ketidakpastian, (2) umumnya berbagai kemungkinan hasil panen per 1400 m2 dapat dihasilkan dengan rentang minimal 4 kwintal gabah hingga maksimal dapat mencapai 9 kwintal. Selama hasil panen kurang dari 8 kwintal, maka akan memberikan bagi hasil yang lebih besar bagi pemilik lahan dengan menggunakan sistem sewa ketimbang sistem maro. Selanjutnya bagi hasil untuk pemilik lahan akan sama baik dengan menggunakan sistem sewa maupun sistem maro apabila dicapai hasil panen 8 kwintal. Akan tetapi pada saat hasil panen mencapai 9 kwintal, maka bagi hasil untuk pemilik lahan dengan sistem maro akan memberikan hasil yang lebih besar ketimbag dengan sistem sewa, (3) untuk petani penggarap, selama hasil panen kurag dari 8 kwintal, maka untuk petani penggarap akan memperoleh bagi hasil yang lebih besar dengan sistem maro ketimbang dengan sistem sewa. Sedangkan bagi hasil panen dapat mencapai 8 kwintal per 1400 m2. Namun demikian, pada saat hasil panen mencapai 9 kwintal maka sistem sewa akan dapat memberikan bagi hasil yang lebih besar bagi petani penggarap ketimbag dengan sistem maro, dan (4) bagi hasil optimal dapat dicapai tidak dominan ditentukan oleh sistem sewa ataupun lahan dengan cara atau metode yang sebaik-baiknya, sehingga hasil panen dapat lebih banyak yang pada gilirannya akan diperoleh bagi hasil yang optimal baik bagi pemilik lahan maupun petani penggarap.

 

Kata Kunci: Sistem bagi risiko, bai hasil, pengelolaan pertanian komoditas padi.


Full Text:

PDF

References


Haines, Stephen G, 2003. The Maager’s Pocket Guide To Systems Thinking and Learning.

Mumbai: Jaico Publishing House 121, Mahatma Gandhi Road.

Sicat, Gerado P dan H.W.Arndt. 1991. Ilmu Ekonomi, untuk Konteks Indonesia. Penerjemah

Nirwono. Jakarta: LP3ES.

Sumitro Djojohadikusumo. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi

Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. Pusaka LP3ES Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.29313/performa.v7i1.6550

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Jurnal Manajemen dan Bisnis (Performa)

Jurnal manajemen dan bisnis (Performa) diindeks oleh:


Alamat Redaksi:

Jl. Tamansari 1, Bandung 40116, Jawa Barat, (022) 4203368 pes. 210, (022) 4264064. jmb.performa@gmail.com / jmb.performa@unisba.ac.id

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseISSN 1829-8680 | E-ISSN 2599-0039