PEREMPUAN DAN RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN

Ina Helena Agustina, Achmad Djunaedi, Sudaryono Sudaryono, Djoko Suryo

Abstract


Pada saat ini ada suatu perkembangan pemikiran yang mendikotomikan antara peran laki-laki dan perempuan. Ini dipicu oleh gerakan kaum feminis yang berkembang sejak abad Ke 18. Gerakan feminis menurut Toynbee akan mengakibatkan transformasi kebudayaan. Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan. Ruang ini hingga saat ini masih terlarang untuk kaum perempuan dan belum pernah dilanggar hingga saat ini. Sakralitas ruang di kawasan keraton kasepuhan masih betahan bukan karena adanya androsentrisme melainkan karena adanya “keyakinan” terhadap nilai sakral tersebut. Keyakinan terhadap nilai sakral ini muncul karena Islam yang berkembang adalah Islam tradisional dengan membawa ajaran yang bersifat primordial. Ajaran yang menyatu dengan alam semesta.

Kata Kunci : Perempuan dan Ruang Sakral




DOI: https://doi.org/10.29313/jpwk.v13i2.1391

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License