PRO DAN KONTRA SERTIFIKASI PERNIKAHAN
Abstract
ABSTRACT
Pre-marriage counseling programs or so-called bride-to-be courses can be organized by the Ministry of Religion, the Office of Religious Affairs or Agencies and Institutions that have been established by the Ministry of Religion. This guidance aims to provide knowledge about Islamic sharia in domestic life in order to reach families who are confident in mawaddah warahmah. This research is motivated by the Decree of the Director General of Islamic Community Guidance Number. 373 of 2017 concerning Technical Guidance for Marriage Guidance for Prospective Brides. In these rules only contain material / technical / managerial without any binding legal substance so that the phenomenon is now the pros and cons of the imposition of pre-marital certificate obligations in the requirements of marriage registration. This research is qualitative research with descriptive normative analysis studies. The approach used in this research is library research and field research, from this research that is as a journal so that it can be a source of reference about the pros and cons polemics of the validity of pre-marital certificates both for writing thesis, theses, papers, and journals as well as enriching teaching materials study at Ahwal Syakhsiyyah study program for students. In addition, the results of this study are expected to be used as a reference and benchmark for law enforcement and the community in assessing policy
Keywords : Marriage, Prenuptial Certificate, Islamic Sharia
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Departemen Agama RI. (2006). Al-Quran dan Terjemahnya, Cet. Ke-10, Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Dewi, L. K. (2019). Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Pelaksanaan Kursus Pra Nikah Untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama IslamVol. 2, No. 1. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Ditjen Bimas Islam. (2003). Pegangan Calon Penganten. Jakarta: Depag Republik Indonesia
Kemenkes RI. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta : Direktoran Gizi Masyarakat.
Machfud. (2002). Membentuk Keluarga Ideal. Surabaya : Jawara
Sulistiani, L.S (2019). dkk Analisis Hukum Tentang Upaya Mediator Dalam Meminimalisir Jumlah Perceraian Di Pengadilan Agama Kelas 1A Kabupaten Indramayu ( Studi Kasus Perkara Perceraian Tahun 2016-2018).Tahkim Jurnal Peradaban dan Hukum Islam. Vol 2.No.2 Oktober.
Syarifuddin, A. (2007). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana
Soekanto, S. (1986). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press
Tim perwakilan BKKBN. (2017). Modul; Orientasi Diseminasi Program KKBPK Bagi Petugas Pernikahan dalam Memberikan Nasihat Kepada Calon Pengantin. Surabaya : BKKBN
Undang Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Putri, A. N. (2019) . Mulai 2020 pasangan yang akan menikah wajib miliki sertifikat layak kawin begini cara dapatkannya. https://palu.tribunnews.com. Diakeses Tanggal 26 Januari 2020
Yusdani. (2011) . Menuju0Fiqih Keluarga0Progresif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
Website:
Adirin, A. (2019). Beda Pandangan Muhammadiyah dan NU Rembang soal Sertifikasi Nikah. https://www.liputan6.com.. Diakses Tanggal 19 Februari 2020
Johan, D. L. (2019). https://jurnalislam.com. Menakar substansi sertifikasi nikah/. Diakses Tanggal 28 Januari 2020
Hidayat, R. (2018). Melihat Tren Perceraian dan Dominasi Penyebabnya. https://www.hukumonline.com.. Diakses Tanggal 19 Februari 2020
https://psychology.binus.ac.id. (2015). Kesiapan menikah vs persiapan pernikahan/. Diakses Tanggal 30 Januari 2020
https://sriwijayatv.com. (2019). 2020 pasangan yang akan menikah wajib miliki sertifikat pranikah/. Diakses Tanggal 25 Januari 2020
DOI: https://doi.org/10.29313/tahkim.v3i1.5618
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Tahkim (Jurnal Peradaban dan Hukum Islam)