Perbandingan Pengetahuan dengan Sikap dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Daerah Urban dan Rural

Titik Respati, Budiman Budiman, Eka Nurhayati, Fajar A. Yulianto, Yudi Feriandi

Abstract


Demam berdarah dengue tidak saja menimbulkan beban penyakit, akan tetapi juga beban ekonomi yang tinggi bagi individu, keluarga maupun negara. Belum terdapat obat atau vaksin yang efektif telah membatasi pilihan dalam melakukan pencegahan dan pengobatan. Program yang dilaksanakan adalah vektor kontrol untuk membatasi transmisi virus yang memerlukan peran serta masyarakat secara terus menerus. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan persepsi tentang penyakit dengan praktik dalam pencegahan demam berdarah di daerah urban (Tamansari) dan daerah rural (Ciparay). Penelitian dilakukan pada total 208 responden di Tamansari Bandung dan 122 responden di Ciparay pada bulan Februari sampai Maret 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di kedua daerah belum baik dengan sanitasi dasar terutama sistem pembuangan air limbah yang belum memadai. Perbedaan tampak dalam hubungan antara persepsi mengenai demam berdarah dan sikap dalam praktik pencegahan. Di Tamansari persepsi mengenai demam berdarah dengue berhubungan dengan sikap dalam memberantas sarang nyamuk (OR 14,297; p<0,05). Ciparay menunjukkan fenomena yang berlawanan, persepsi mengenai demam berdarah dengue tidak berhubungan dengan sikap dalam pemberantasan sarang nyamuk (OR 0,327; p>0,05). Simpulan, terdapat perbedaan persepsi dengan praktik pencegahan demam berdarah dengue antara responden Tamansari dan Ciparay.

 

COMPARISON ON KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE REGARDING DENGUE PREVENTION IN URBAN AND RURAL AREA

Dengue fever is not only become a burden of disease but can also become burden on economy affected individual person, family and country. At present there weren’t any specific drug and no effective vaccine yet, that the prevention was limited to disease prevention through disease management and vector control which needed continuing community participation. This study aims to understand the difference between perception and the practice in vector control activities between urban and rural areas. Data was collected using questionnaires from 208 and 122 respondents from Tamansari dan Ciparay respectively since February to March 2015. Results showed that the environment condition in both study area were not good especially for the basic sanitation facilities. There were differences between perception of the disease and the practice of vector control in these two areas. Perception of the disease associate with practice in vector control in Tamansari was OR  14.297, p<0.05 while it was the other way in Ciparay was OR 0.327,  p>0.05. In conclusion there are differences between Tamansari and Ciparay regarding perception of dengue fever with the practice on vector control.


Keywords


Demam berdarah; dengue fever; perception; persepsi; practice; sikap; urban and rural; urban dan rural

References


Miles MB, Huberman AM, Saldana J. Qualitative data analysis: a method sourcebook. Thousand Oak California: SAGE Publication; 2014.

Mulligan K. Dengue and development: a critical political ecology. Hamilton: McMaster University; 2013.

Campbell-Lendrum D, Molyneux D. Ecosystems and vector-borne disease control. Dalam: Epstein P, Githeko A, Rabinovich J, Weinstein P, penyunting. Ecosystems and human well-being: Policy Responses. Washington DC, USA: Island Press; 2005. hlm. 353–72.

WHO. Global strategy for dengue prevention and control 2012–2020. Geneva: World Health Organisation; 2012.

Nam VS, Kay B, Yen NT, Ryan P, Bektas A. Community mobilization, behaviour change and biological control in the prevention and control of dengue fever in Viet Nam. Dengue Bull. 2004;28S:57–61.

Pujiyanti A, Triratnawati A. Pengetahuan dan pengalaman ibu rumah tangga atas nyamuk demam berdarah dengue. Makara. 2011;15(1):6–14.

Ohba S-y, Kashima S, Matsubara H, Higa Y, Piyaseeli UKD, Yamamoto H, dkk. Mosquito breeding sites and people’s knowledge of mosquitoes and mosquito borne diseases: a comparison of temporary housing and non-damaged village areas in Sri Lanka after the tsunami strike in 2004. Trop Med Health. 2010;38(2):81–6.

Arunachalam N, Tana S, Espino F, Kittayapong P, Abeyewickreme W, Wai KT, dkk. Eco-bio-social determinants of dengue vector breeding: a multifactorial study in urban and periurban Asia. Bull WHO. 2010;88:173–84.

Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

Duncombe J, Clements A, Hu W, Weinstein P, Ritchie S, Espino FE. Review: geographical information systems for dengue surveillance. Am J Trop Med Hygiene. 2012;86(5):753–5.

Danis-Lozano R, Rodríguez MH, Hernández-Avila M. Gender-related family head schooling and Aedes aegypti larval breeding risk in Southern Mexico. Salud Pública de México. 2002;44(3).

BPS. Bandung dalam angka. Bandung: BPS; 2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. Laporan demam berdarah dengue. Bandung: DKK; 2014.




DOI: https://doi.org/10.29313/gmhc.v4i1.1598

pISSN 2301-9123 | eISSN 2460-5441


Visitor since 19 October 2016: 


Free counters!


Global Medical and Health Communication is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.