The Effectiveness of Ultraviolet, Ozonization and Reverse Osmosis as Disinfection Method in Drinking Water Refill Stations
Abstract
The number of drinking water refill stations (DWRS) was increased rapidly because high of mid-low urban community need to get affordable drinking water. Water treatment methods in DWRS are varying even many DWRS uses more than one disinfection method to increase the effectiveness. The quality of many DWRS productions was reported unstandardized, however not yet the study to evaluate the effects of the water treatment method used. This study aimed to compare the effectiveness of various water treatment methods in DWRS to identify which method is the most effective. The study used a cross-sectional approach conducted in 3 groups of water treatment methods, namely ultraviolet, ultraviolet + ozonization, and a combination of ultraviolet + ozonization + reverse osmosis with each group consisted of 40 DWRS. The survey was conducted in July–September 2017 in Bandung municipality by structured interview. Examination of microbiological parameters of raw and processed drinking water samples using membrane filter method. Water samples from raw water and drinking water from treatment process were taken from each DWRS to be tested for the microbiological parameter by using the membrane filter method. Comparison of the effectiveness was analyzed using the Wilcoxon rank sum test and assessment of log removal reduction. The result showed that there was significantly different in the effectiveness of coliform removal between the three groups. The improvement for controlling and training particularly for the procedure and maintenance of water treatment equipment to the owners/workers in DWRS is urgently needed as the concern of related authority. In conclusion, the water treatment method using reverse osmosis and ultraviolet is the most effective disinfection method compared to the ozonization method. The usage of more that one method of water treatment at the same time relate to the lower percentage of the effectiveness compares to the usage of only one method.
EFEKTIVITAS ULTRAVIOLET, OZONISASI, DAN REVERSE OSMOSIS SEBAGAI METODE DESINFEKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
Perkembangan depot air minum isi ulang (DAM) melaju dengan pesat karena masyarakat menengah ke bawah perkotaan membutuhkan air minum dengan harga yang terjangkau. Metode pengolahan air baku menjadi air minum di DAM bervariasi bahkan tidak jarang digunakan lebih dari satu metode desinfeksi untuk meningkatkan efektivitasnya. Kualitas produksi DAM banyak yang dilaporkan tidak sesuai dengan standar, namun belum terdapat penelitian yang mengevaluasi pengaruh metode pengolahan air yang digunakan. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas berbagai metode pengolahan air di DAM sehingga dapat diketahui metode apa yang paling efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada 3 kelompok metode pengolahan air, yaitu ultraviolet, ultraviolet + ozonisasi, dan kombinasi ultraviolet + ozonisasi + reverse osmosis dengan tiap-tiap kelompok terdiri atas 40 DAM. Survei dilakukan pada Juli–September 2017 di Kota Bandung dengan melakukan wawancara terstruktur. Sampel air baku dan air minum hasil olahan diambil dari setiap DAM untuk diperiksa parameter mikrobiologinya menggunakan metode filter membran. Perbandingan efektivitas dianalisis menggunakan Wilcoxon rank sum test dan penilaian log removal reduction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan pada ketiga kelompok terutama efektivitas terhadap coliform. Perlu upaya pengawasan dan pelatihan khususnya mengenai teknis pemakaian dan pemeliharaan alat pada pemilik/pekerja DAM yang harus menjadi perhatian pemerintah dan pihak terkait. Simpulan, metode pengolahan air menggunakan reverse osmosis dan ultraviolet merupakan metode desinfeksi yang paling efektif dibanding dengan metode ozonisasi. Pemakaian lebih dari satu metode desinfeksi pada saat yang bersamaan menyebabkan persentase efektivitas menjadi lebih rendah dibanding dengan yang menggunakan hanya satu jenis metode desinfeksi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Buku kinerja PDAM 2017 [cited 2017 October 12]. Available from: http://sim.ciptakarya.pu.go.id/bppspam/assets/assets/upload/BUKU_Lap_Kinerja_PDAM_2017_FA.pdf.
Sangande JB, Pinontoan OR, Rimper JRTSL. Uji kualitas bakteriologi depot air minum isi ulang di Kecamatan Amurang dan Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2017. KESMAS. 2017;6(4):1–7.
Suprihatin B, Adriyani R. Higiene sanitasi depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjung Redep Kabupaten Berau Kalimantan Timur. JKL. 2008;4(1):81–8.
Khoeriyah A, Anies. Aspek kualitas bakteriologis depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat. MKB. 2015;47(3):137–43.
Wulandari S, Siwiendrayanti A, Wahyuningsih AS. Higiene dan sanitasi serta kualitas bakteriologis DAMIU di sekitar Universitas Negeri Semarang. UJPH. 2015;4(3):8–15.
Astuti SD, Suhartono, Suwondo A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kuman dalam air produk air minum isi ulang di Pemalang. JKLI. 2014;13(1):20–5.
Adelina R, Winarsih, Setyorini HA. Penilaian air minum isi ulang berdasarkan parameter fisika dan kimia di dan luar Jabodetabek tahun 2011. JKI. 2012;2(2):48–53.
Enjelina W, Purba MS, Erda Z. Faktor higiene sanitasi yang berhubungan dengan kualitas bakteriologi air minum isi ulang di Kota Tanjungpinang. JKMA. 2016;11(1):33–8.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. Laporan tahunan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Bandung: Dinas Kesehatan Kota Bandung; 2015.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL), Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Jakarta: Ditjen PP dan PL, Departemen Kesesehatan RI; 2006.
Wimalawansa SJ. Purification of contaminated water with reverse osmosis: effective solution of providing clean water for human needs in developing countries. IJETAE. 2013;3(12):75–89
Konieczny K, Rajca M, Bodzek M, Kwiecińska A. Water treatment using hybrid method of coagulation and low-pressure membrane filtration. Environ Prot Eng. 2009;35(1):5–22.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
World Health Organization (WHO). Guidelines for drinking-water quality. 4th Edition. Geneva: WHO Press; 2011.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum.
Raksanagara AS, Fitriyah S, Afriandi I, Sukandar H, Sari SYI. Aspek internal dan eksternal kualitas produksi depot air minum isi ulang: studi kualitatif di Kota Bandung. MKB. 2018;50(1):53–60
Linden KG, Rosenfeldt EJ. Ultraviolet light processes. In: Edzwald JK, editor. Water quality & treatment: a handbook on drinking water. 6th Edition. New York: McGraw-Hill; 2010. p. 18.1–37.
Utami EAY, Moesriati A, Karnaningroem N. Risiko kegagalan pada kualitas produksi air minum isi ulang di Kecamatan Sukolilo Surabaya menggunakan failure mode and effect analysis (FMEA). Jurnal Teknik ITS. 2016;5(2):F-279–83.
Latif IW. Studi kualitas air minum isi ulang ditinjau dari proses ozonisasi, ultraviolet, dan reversed osmosis di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo 2012. PHJ. 2012;1(1):57–62.
Said NI. Disinfeksi untuk proses pengolahan air minum. JAI. 2007;3(1):15–26.
Wandrivel R, Suharti N, Lestari Y. Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi. JKA. 2012;1(3):129–33.
DOI: https://doi.org/10.29313/gmhc.v6i3.3427
pISSN 2301-9123 | eISSN 2460-5441
Visitor since 19 October 2016:
Global Medical and Health Communication is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.