Pola Relasi Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam Upaya Meningkatkan IPM di Jawa Barat

Dedeh Fardiah

Abstract


Sejak dilanda krisis ekonomi pada akhir 1997, saat ini Indonesia masih berada dalam tahap pemulihan yang meliputi tidak hanya restrukturisasi di bidang ekonomi, tetapi juga perubahan-perubahan di bidang sosial dan politik. Namun dalam proses pemulihan itu tidak dapat dihindari semakin meluasnya kesenjangan antar kelompok dan juga antara daerah kaya dan miskin. Selain masalah kesenjangan pendapatan masyarakat, kesenjangan juga terjadi dalam pencapaian indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar daerah. Berdasarkan penghitungan terakhir yang dilakukan oleh BPS, pencapaian 20 IPM terbaik tahun 2004 masih didominasi oleh kota-kota besar, seperti Jakarta, Yogyakaryta, Padang, dan Makasar.IPM Jawa Barat masih jauh tertinggal dibanding propinsi lainnya. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan, bahwa pencapaian target tahunan selama ini masih kurang menggembirakan. Di antara penyebabnya menyebutkan: kondisi makro, perencanaan kurang terpadu, dan in efisiensi anggaran, (Renstra Jawa Barat, 2003-2008). Padahal, sesuai dengan kebijakan pembangunan di propinsi ini, tahun 2010 Jawa Barat berambisi menjadi propinsi termaju di Indonesia. Untuk menggapai keinginan agar tidak hanya menjadi sebuah wacana, diperlukan berbagai upaya konkret dengan memanfaatkan kualitas sumberdaya manusia dan potensi yang ada. Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, memiliki peranan yang penting dalam upaya peningkatan IPM di Jawa Barat, namun pola relasi yang terjalin saat ini antara ketiganya masih belum optimal. Berdasarkan fenomena tersebut, makalah ini mencoba untuk memberikan pemikiran mengenai pola relasi yang mungkin dapat diimplementasikan khususnya dalam membentuk pola yang tepat dalam proses interaksi yang positif antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Dengan demikian, akan diperoleh rumusan yang jelas dan tepat mengenai pola hubungan seperti apa yang sebaiknya dilakukan dalam konteks upaya meningkatkan IPM pada masyarakat di Jawa Barat.
Hasil analisis mencerminkan bahwa Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah atau sebaliknya, harus memiliki orientasi yang sama terhadap masyarakat. Ketika tidak terjadi kesamaan, masing-masing pihak mencoba berupaya berorientasi pada pihak yang lainnya. Pemerintah Daerah sebagai pemegang kebijakan (regulator), pendorong dan pemfasilitasi (enabler) harus mengkoordinasikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat Jawa Barat dalam upaya peningkatan IPM kepada pihak Perguruan Tinggi, sehingga antara kebutuhan yang tengah menjadi fokus perhatian Pemerintah Daerah pada masyarakat akan sama dengan fokus perhatian kalangan akademis terhadap masyarakat. Demikian pula masyarakat sebagai obyek pembangunan akan melaksanakan program pemerintah dan hasil temuan Perguruan Tinggi (misalnya program peningkatan IPM), adapun sebagai subyek pembangunan masyarakat bertindak sebagi pelaku dari program itu sendiri. Kunci dari semua hubungan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, adalah adanya manajemen informasi yang jelas berazaskan komunikasi timbal balik (dua arah). Berdasarkan argumen-argumen sederhana ini, maka penulis memetakan pola relasi antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, dengan istilah ”Pola Relasi Segitiga Emas”.

Keywords


Pola Relasi; Segitiga Emas; Komunikasi; Pembangunan

References


Balai Pustaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional.

Bertalanffy, Ludwig Von.1968. General System Theory: Foundations, Development, Applications. New York: George Braziller.

Boulding, Kenneth E., General Systems Theory-The Skeleton of Science, Management Science.

Booth, A. 1999. Survey of Recent Development. Bulletin of Indonesian Economic Studies 35 (3).

BPS-Bappenas-UNDP. 2004. Indonesia Human Development Report 2005.

Brata, A. G. dan Z. Arifin. 2003. Alokasi Investasi Sektor Publik dan Pengaruhnya Terhadap Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia. Media Ekonomi 13 (20): 59-71.

Fane, G. 2000. Survey of Recent Developments. Bulletin of Indonesian Economic Studies 36 (1).

Fisher , B.Aubrey. 1978. Perspectives on Human Communication. New York: Macmilan.

Oey-Gardiner, M. 2000. The Value of Education and The Indonesian Economic Crisis. Ekonomi dan Keuangan Indonesia 48 (2).

Pace, R.Wayne & Don F.Faules.2001. Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Bandung. Remadja Rosda Karya.

Rafinus, B. H., R. Lukman, dan K. Djaja. 2000. Tinjauan Triwulan Perekonomian Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia 48 (3).

Tjiptoherijanto P. (1996). Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional (Human Resources in the Development). Jakarta. University of Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remadja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Porter, Michael E. 1997, Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing Terjemahan Agus Maulana. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Kongres Nasional Pembangunan Indonesia, 2006. retrieved 20 September 2006 from :http://www.tkpkri.org/id.

Muhammad Hariman Bahtiar, IPM dan Paradigma Baru Pembangunan, Republika 18 Februari 2004, retrieved 23 September 2006 from:http://www.republika.co.id/

Menuju Konsensus Baru: Demokrasi dan Pembangunan Manusia di Indonesia, Informasi ringkas 3, Laporan Pembangunan Manusia memberi peringkat pada daerah-daerah di Indonesia, retrieved 26 September 2006 from: http://www.undp.or.id/pubs/ihdr2001/inforingkas3.asp

Kenaikan Program IPM di Jabar Sangat Lamban, retrieved 28 September 2006 from: http://www.ristek.go.id/




DOI: https://doi.org/10.29313/mimbar.v22i4.225

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan is licensed under  Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License