Komunikasi Intra dan Antarbudaya dalam Membentuk Kepribadian TNI

Suprawito Suprawito

Abstract


Within military tradition, a new culture was shaped. This culture was introduced and strengthened by means of cross-cultural communication, which in turn, formed one’s personality. Employing qualitative approach, this research concluded that two factors predominantly played in the personality formation of Navy members. Internal factors are consisted of self-esteem, self-actualization, and projection of highest self-achievement. Meanwhile, external factors to be considered are rules, norms, values, tradition, and dialect. Both factors are becoming raw input in military institutionalization system operated in certain period by means of intra-communication and cross-cultural communication.

Dalam tradisi militer, budaya baru dibentuk. Budaya ini diperkenalkan serta diperkuat melalui komunikasi lintas budaya, yang pada gilirannya akan membentuk kepribadian seseorang. Menggunakan pendekatan kualitatif, riset ini menyimpulkan adanya dua faktor yang memainkan peran dominan dalam pembentukan kepribadian anggota TNI AL. Faktor-faktor internal terdiri harga diri, aktualisasi diri, dan proyeksi pencapaian diri yang paling tinggi. Sementara, faktor eksternal yang patut dipertimbangkan terdiri dari seperangkat aturan, norma, nilai, tradisi, dan dialek. Kedua faktor menjadi input dalam sistem pelembagaan militer, yang beroperasi dalam periode tertentu, melalui intra-komunikasi dan komunikasi lintas budaya.


Keywords


Inclussion; Military and Cross-Cultural Communication; Rhetorical Analysis; Sosial

References


Assante, M and Wiliam B. G. (1989). Hanbook of International and Intercultural Communication. Sage publication.

Asuncion-Loude.N and Womack. (1982). Communication and Conflict Management Across Cultures. Paper presented at the meeting of the Inter national Political Science Assn. Rio de Jenairo.Brazil.

Alfian. (1985). Persepsi Masyarakat tetang Kebudayaan, Jakarta: Gramedia.

Fattah, A. (2005). Demiliterisasi Tentara: Pasang Surut Politik Militer 1945-2004. Yogyakarta: LKIS.

Garna, K. J. (1998). Teori Kebudayaan dalam Menjawab Krisis. Bandung: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Penelitian Unpad.

Gudykunst, W. B. (1984). Cross Cultural Comparison. In C.R Berger & S.H Chaffee (eds) Hanbook of communications Science.Newburry Park, LA; sage.

Jasinki and Davis. (1990). Understanding of Culture. New York: Prentice –Hall. Inc.

Pramono J. 1996. Korps Marinir TNI-AL. Jakarta: LKBN.

Larry D., Marc F. Plattner (ed), (2001). Hubungan Sipil-Militer dan Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: Raja Grafindo.

Liliweri, A. (2002). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyana, D & Rakhmat J. (2001). Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Rosda: Bandung.

Mulyana, D. (1990). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosadakarya.

Nasution, A. H, (1977). Dari Dwi Fungsi ABRI dan Jederal A.H Nasution. Dalam Tentang Sumarsono(ed). A.H Nasution di Masa Orde Baru: Lewat kesaksian Tokoh Exponen ’66, Bakri Trimlean,kolom 194-202, Bandung: Mizan.

Prosser, M.H. (1987). The Cultural Dialogue: An introduction to intercultural communication. Boston; Houghton mifflin.

Samuel P. H. (2003). Prajurit dan Negara (Teori dan Politik Hubungan Militer Sipil). Jakarta: Gramedia.

Samovar A. L. & Richard E. P. (1985). Intercultural Communication. London: Wadworth Publishing Company.

Ting-Toomey. (1984). Intercultural Understanding: An Interpretive perspective, paper presented at the annual meeting of the eastern communication association. Philadelphia.




DOI: https://doi.org/10.29313/mimbar.v27i1.316

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan is licensed under  Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License