Kemungkinan Bahasa Sastra Diadopsi Jurnalisme

Septiawan Santana Kurnia

Abstract


Upaya penyampaian pesan jurnalistik cetak, yang ber-feed back tidak langsung, diatasi dengan lebih mengaransir aspek “human interest” dalam susunan pelaporan. Efek medium “cetak”, yang tidak audio visual, dieliminir jurnalisme. Tiap peristiwa yang diletakkan tiap ujud fakta, dikemas lagi ke dalam pengisahan teknik “fiksi” sastra untuk menghampiri “bayangan” pembaca akan news value (nilai berita) yang punya daya greget. Pembaca diharapkan akan asyik membayangkan rincian kisah fakta-berita yang tengah aktual terjadi, serta akan diberi ulasan yang lebih mendalam dalam perspektif yang lebih meluas. Kekuatan tulisan sastra, misalnya, menjadi alat menjiplak jurnalis: mengembangkan sebuah pelaporan yang lebih menggigit “dramatisasi”, dan pelebaran isi pesan (pemaknaan) dienkoding masyarakat. Pencairan fakta dan fiksi, misal yang lain, juga membangun kepercayaan bahwa kenyataan “semiotis” pun memiliki daya guna bagi pelaporan fakta-berita. Kenyataan sosial dan realitas empirik ternyata bisa didekati dengan sebuah upaya membangun penyampaian pesan lewat semiotika pencitraan.


References


-




DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v5i1.1097

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




 

   

 


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International License