Abstract
Dalam model efek komunikasi massa, pers diasumsikan memiliki pengaruh positif juga negatif. Melalui pemberitaan yang berimbang, pers dapat membantu masyarakat menjelaskan situasi yang tengah bergolak. Di sisi lain, melalui pemberitaan yang tidak akurat, pers dapat menambah eskalasi konflik yang tengah terjadi. Sementara itu, dalam kondisi keterpurukan bangsa saat ini, pers Indonesia ditengarai menyikapinya dengan menampilkan kecenderungan pemberitaan mengarah pada isu-isu politik yang hangat, kontroversial, dan penuh sensasi. Peristiwa yang langsung berkaitan dengan realitas masyarkat, seperti kemiskinan, pengangguran, degradasi moral, dan lain-lain, malah luput dari perhatian pers. Gejala ini memperlihatkan pers Indonesia belum sepenuhnya berpihak pada masyrakat. Padahal, fungsi pers paling utama justru melayani publik. Pers Indonesia, di tengah euforia kebebasan pers saat ini, karenanya perlu menengok kembali undang-undang, kode etik, atau pun standar profesional yang menempatkan masyarakat sebagai titik tolak pengabdiannya – baik dari segi jurnalistik, isi media, narasumber, maupun kontrol sosial.
Keywords
sikap Pers, Keterpurukan Bangsa Indonesia
References
Bradley, Duane. 1971. The Newspaper its Place in a Democracy. New York, USA: Pyramid Communications.
Muis, A. 1999. Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa. Jakarta: PT Dharu Anuttama.
Oetama, Jakob. 1987. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3S.
Panuju, Redi. 2002. Relasi Kuasa, Negara, Media Massa, dan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sanit, Arbi. 1980. Sistem Pers Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilimu-ilmu Sosial, FIS UI.