Melihat Bisnis Bias Kapital Media: Asumsi Aksiologi dan Ontologis Sederhana

Septiawan Santana Kurnia

Abstract


Idealnya, media massa menjadi pilar demokrasi, juga mencerahkan dan memberdayakan warga negara. Akan tetapi, di Indonesia, media massa seringkali mengalami bias: bias kapital, bias kekuasaan, bias kepentingan wartawan sendiri, dan bias-bias lainnya. Contoh sederhana, rubrik Advertorial di media cetak. Rubrik itu dikemas seperti berita, padahal ikLan. Sejalan dengan itu, muncul pula fenomena di mana iklan tidak dipagari oLeh fire wall, untuk membedakannya dengan teks berita. Pengemasan iklan itu seakan untuk mengelabui pembaca. Hal ini menunjukkan,orientasi media makin lama makin bergeser ke pasar. Kini, paradigma ekonomi menjadi salah satu penentu yang mempengaruhi pertumbuhan jurnalisme, selain nilai-nilai responsibilitas sosial dan pelayanan publik dari demokrasi liberal. Media, di banyak kawasan, kini dipengaruhi wacana pemilikan dan kontrol media yang berkembang di dalam jaringan kerja international markets. Liputan pers berhadapan dengan kepentingan ekspansi bisnis multilateral, yang kerap mengakuisisi media sampai ke tingkat journalistic content. Di satu sisi, media mendapat tekanan dari kekuatan sosial-politik setempat dan tuntutan untuk memenuhi harapan khalayaknya. Media mencerminkan, menyajikan, dan kadang berperan aktif untuk memenuhi kepentingan nasional dari para actor dan institusi lain yang lebih kuat. Di sisi lain, media diuji untuk menunjukkan kemampuannya menyediakan informasi yang akurat, jujur, dan fair kepada para pembaca.
Media yang baik bakal membantu pembacanya mengambil keputusan yang baik dalam situasi sufit ini.


Keywords


Media, Aksiologi, Ontologis, Kapitalis

References


Press Release, Institut Studi Arus informasi, JI. Utan Kayu 68-H, Jakarta 13120; From: "Pantau" aharsono@cbn.neLid; Date: Sat, 30 Nov 2002 10:48:15 +0700; Subject: [pantau-kontributor] Jakarta Post Langgar Pagar Api;

Katherine Miller, 2002, Communication Theories: Perspective, Process, and Contexts, Boston: McGraw-Hill Compo Inc.; hIm 28, 75, 195

Stephen W.Littlejohn, 2002, Theories of Human Communication, seventh edition, Belmont CA:Wadsworth / Thomson Learning; hlm.26 -30.

Miller, op.cit., hlm.23-24

Ignas Kleden, 1998, "Antara Fakta dan Fiksi", Jurnal Kebudayaan Kalam No. 11 , Jakarta: ISAI

Littlejohn, op.cit., hlm.29-30

log.cit., hlm.28-29

Miller, op.cit., hlm.24-25

Editorial, "Pagar Api", Majalah Pantau, edisi Mei 2001

Kompas, "nasional", Selasa, 8 Oktober 2002 (dikopi dari KCM; http://www.Kompas.com/ Kompas%2Dcetak/0210/08/nasional/jurn06.htm)

Kompas, Nasional, dari KCM (http:// www.Kompas.com/Kom pas %2Dcetak/0208/29/ nasional/medi06.htm), Kamis, 29 Agustus 2002

Edward S.Herman & Noam Chomsky, "Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media" (Pantheon Books, 1988); yang dikutip Jarice Hanson & David J.Maxcy (ed.), dalam Sources Notable Selections in Mass Media, 1996, Dushkin Publishing/ Brown & Bencmark Publishers, A Times Mirror Higher Education Group Comp., Guilford, Connecticut.

Edward S.Herman, "The Propaganda Model: a restrospective", dalam Journalism Studies, Volume 1, Number 1, 2000, Routledge Journals, Taylor & Francis Ltd, London, UK

Deborah Chambers, "Critical Aproaches to The Media: The Changing Context for Investigatif Journalism", dalam Hugo De Burgh (ed.), Investigative Journalism: context and practice, Routledge, London, 2000

Tjipta Lesmana, 1986, "Pers Indonesia dalam Teori dan Praktek", dalam Persuratkabaran Indonesia dalam Era Informasi: perkembangan, permasalahan, dan perspektifnya, Kumpulan tulisan menyambut 25 tahun HU Sinar Harapan, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, him. 366, 372, 375

Yakob Oetama, Juni 1987, "Pers dan Perubahan Sosial", dalam Pcrspektif Perss Indonesia, Peny.Frans M.Parera & Y.Priyo Utomo. Jakarta: LP3ES, him. 118 -119

Fred S.Siebert dkk., 1986, Empat Teori Pers, Jakarta: PT Intermasa, hlm 1-7; dialibahasakan oleh Putu L.S.Pendit . dari Four Theories of The Press karangan Fred S.Siebert - Theodore Peterson - Wilbur Schramm, University of Illinois Press Urbana/Chicago/London.

Denis McQuaill, 1989,Teori Komunikasi Massa, suatu pengantar, edisi kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm.108. Pada 1987.

Septiawan Santana K., "Model Propaganda dalam Tubuh Pers", Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (Jurnal ISKI), Vol.VI/November 2001, hlm.122-127.

Ignatius Haryanto, "Beberapa Aspek Hubungan Pers dan Pemerintah", Majalah Sejarah. No.7, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999; Mengutip disertasi doktoral Daniel Dhakidae, The State, The Rise of Capital and The Fall of Political Journalism. Cornel

University, Ithaca, 1991, dan telaahan David T.Hill, The Press in Indonesia's New Order, Asia Research Centre on Social, Political and Economic Change, 1994.

Yakob Oetama, "Pengantar", Membuka Cakrawal: 25 tahun Indonesia dan Dunia dalam Tajuk Kompas, PT Gramedia, Jakarta, 1990. Pemimpin Redaksi Harian Kompas ini mencoba menguraikan bagaimana ia memimpin sebuah surat kabar di dalam realitas pertumbuhan politik-ekonomi Orba. Dalam "pengantar" kumpulan tajuk Kompas ini. ia sekaligus menjelaskan bagaimana sikap dan komitmen editorial koran yang dipimpinnya, memanfaatkan peluang pembangunan ekonomi membuka "pasar" untuk terlibat dalam bisnis pers. Korannya kemudian berhasil membangun imperium institusi bisnis "Gramedia Group" dengan melebarkan sayap usaha ke banyak ragam bidang.

Goenawan Mohamad. dalam Wawancara di koran Minggu Media Indonesia, 16-2-1997. Goenawan menjabarkan fenomena "ketakutan" orang pers Indonesia dalam melaksanakan kerja jurnalisme. Penerbitan pers telah menyampurkan pergulatan modal dengan kekuasaan. Materialistiknya kesadaran pengelola pers adalah akibat dari ketidakmampuan mengeksplorasi jurnalisme ke arah yang dibutuhkan masyarakat informasi. Maka, pertumbuhan modal sebuah lembaga penerbitan pers kerap dilebarkan kepada bentuk usaha bisnis di luar dunia penerbitan. Selain untuk kepentingan perluasan investasi, juga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan dampak buruk akibat pembredekan.

Ayip Rosidi, "Fungsi Sosial Kontrol Pers Kita", Kompas. 2-6-1969. Pada tulisan Ayip ini, perspektif budayanya mendokumentasikan ruang publik pers yang bentukannya telah terkena residu kapilastik.

Rosihan Anwar, artikel, di Republika. 12-2-1997. Catatan wartawan senior Indonesia ini muncul beberapa bulan sebelum "reformasi" terjadi di pemberitaan pers Indonesia.

Septiawan Santana K., "Wartawan Campur-campur", di Pikiran Rakyat, Rubrik Fokus, Minggu, 10 Nopember 2002; Dikopi dari http://www.pikiran-rakyaLcom/ cetak/ll02/l0/03.htm.




DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v4i2.857

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




 

   

 


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International License