khasanah pengetahuan jurnalisme perfilman Indonesia
Abstract
masdk akal, dan karenanya berbahaya bagi masyarakat. Jni dibantah oleh pengamat lain. Mengutip Edmund G. Brown, Arswendo Atmowiloto justru mencermati, kehadiran televisi memberi 'kesempatan bagi semua' - satu kelebihan yang tidak bisa ditandingi oleh budaya tulis yang bersijat elitis akibatjaktor literacy yang menyertainya. Bagi para praktisi media dan teoretisi komunikasi sendiri, yang paling penting adalah mencermati karakteristik masing-masing medium injormasi dan komunikasi massa, serta menyiasati karakteristik
tersebut untuk mengoptimalkanjungsinya di tengah masyarakat. Berita televisi memang bisa saja sungguh-sungguh, dan serius. Tapi bisa juga membodohi masyarakat, berpura-pura, dan terbuka untuk dimallipulasi. Di sinilah letak urgensi moralitas-kehadiran moralitas mutlak diperlukan dalam produksi dan sajian berita televisi sehillgga khalayak mendapatkan aspek terbaik dari budaya audio visual.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
AtmowiJoto, Arswendo. 1986. Telaah tentang Televisi. Jakarta: Gramedia.
Effendy, Onong Uchyana. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.
Effendy, Onong Uchyana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju.
Empat Windu TVRI. 1994. TVRI, Jakarta.
Hofmann, Ruedi. 1999. Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: Grasindo.
Soelarko, R.M. 1980. Audio Visual. Bandung: Bina Cipta.
Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia.
Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar }ur!lalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
DOI: https://doi.org/10.29313/mediator.v4i2.859
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License